MENYOAL MEREK SUPORTER PERSIS SOLO
SAMPAI FILOSOFI LUHUR SUPORTER INGGRIS
Shakespeare pernah bilang, apalah arti sebuah nama. Tetapi dalam kacamata pemasaran dan periklanan, apalagi di tengah membeludagnya merek produk di era informasi ini, pendapat Shakespeare itu akan membunuh bila dituruti. Sebab nama itu penting, paling tidak menurut begawan pemasaran Al Ries dan Jack Trout.
Keduanya pernah memberi contoh tentang pemilihan nama sebuah pulau di Teluk Karibia. Kalau pulau itu tetap memakai nama lamanya, yaitu Pulau Babi, tentu ia bakal tak seterkenal dan semakmur ketika menjadi resor pariwisata dengan nama Pulau Surga (Paradise Island) yang disandangnya kini.
Merujuk hal pentingnya nama, saya agak dibeliti tanda tanya ketika membaca bahwa nama kelompok suporter Persis Solo bernama Alap-Alap Samber Nyawa. Saya pribadi tidak punya masalah serius dengan nama itu. Tetapi rada mengganjal ketika nama itu muncul di media massa ditulis dengan nama singkatannya : AASN.
Saya juga tidak menyalahkan media yang melakukan penyingkatan tersebut. Sebab, otak manusia memang terbiasa mampu mengingat secara nyaman tujuh suku kata, di mana rumus ini telah jadi pegangan penting dan universal bagi para pencipta merek internasional dalam menelurkan nama untuk produk-produk baru mereka. Sementara itu, silakan hitung, betapa nama kelompok suporter Persis itu terdiri atas delapan suku kata. (Pasoepati terdiri empat suku kata !).
Terlebih lagi, ketika di media massa ia berubah jadi AASN, sehingga, menurut saya, membuat kadar eksotisitas (atau keseraman ?) dari nama Alap-Alap Samber Nyawa menjadi pudar. Apalagi akronim AASN itu juga tidak terdengar melodius di telinga dan di visual juga tidak memercikkan imej menarik yang mendekati citra dunia suporter sepakbola. Usul kecil saya, sebelum kebacut mengakar, bagaimana kalau nama itu diubah ? Terserah Anda para pentolan AASN untuk menolak atau pun menerima usul-usil ini..
Ada satu hal lagi yang ingin saya ingatkan, yang juga telah menjadi bahasan penting dalam buku saya Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati. Hal satu ini juga penting diingatkan bagi mereka yang mengaku sebagai suporter sepakbola di seantero Indonesia. Yaitu, semoga AASN terus mampu menjaga jati dirinya sebagai kelompok suporter sepakbola yang mandiri. Untuk bahan renungan dan cermin diri, saya kutipkan filosofi dari organisasi payung kelompok suporter di Inggris, The National Federation of Football Supporters' Clubs yang berstatus independen, dibiayai sendiri oleh anggota dan berdiri sejak tahun 1927. Disebutkan, “filosofi kami, suporter harus mampu membentuk diri mereka dalam kelompok sukarela yang independen, demokratis, dengan interes terbesarnya adalah demi tim yang mereka dukung dengan sepenuh ketulusan hati”.
Kalau Anda tidak setuju, mungkin Anda bukan tergolong sebagai suporter sejati !
SAMPAI FILOSOFI LUHUR SUPORTER INGGRIS
Shakespeare pernah bilang, apalah arti sebuah nama. Tetapi dalam kacamata pemasaran dan periklanan, apalagi di tengah membeludagnya merek produk di era informasi ini, pendapat Shakespeare itu akan membunuh bila dituruti. Sebab nama itu penting, paling tidak menurut begawan pemasaran Al Ries dan Jack Trout.
Keduanya pernah memberi contoh tentang pemilihan nama sebuah pulau di Teluk Karibia. Kalau pulau itu tetap memakai nama lamanya, yaitu Pulau Babi, tentu ia bakal tak seterkenal dan semakmur ketika menjadi resor pariwisata dengan nama Pulau Surga (Paradise Island) yang disandangnya kini.
Merujuk hal pentingnya nama, saya agak dibeliti tanda tanya ketika membaca bahwa nama kelompok suporter Persis Solo bernama Alap-Alap Samber Nyawa. Saya pribadi tidak punya masalah serius dengan nama itu. Tetapi rada mengganjal ketika nama itu muncul di media massa ditulis dengan nama singkatannya : AASN.
Saya juga tidak menyalahkan media yang melakukan penyingkatan tersebut. Sebab, otak manusia memang terbiasa mampu mengingat secara nyaman tujuh suku kata, di mana rumus ini telah jadi pegangan penting dan universal bagi para pencipta merek internasional dalam menelurkan nama untuk produk-produk baru mereka. Sementara itu, silakan hitung, betapa nama kelompok suporter Persis itu terdiri atas delapan suku kata. (Pasoepati terdiri empat suku kata !).
Terlebih lagi, ketika di media massa ia berubah jadi AASN, sehingga, menurut saya, membuat kadar eksotisitas (atau keseraman ?) dari nama Alap-Alap Samber Nyawa menjadi pudar. Apalagi akronim AASN itu juga tidak terdengar melodius di telinga dan di visual juga tidak memercikkan imej menarik yang mendekati citra dunia suporter sepakbola. Usul kecil saya, sebelum kebacut mengakar, bagaimana kalau nama itu diubah ? Terserah Anda para pentolan AASN untuk menolak atau pun menerima usul-usil ini..
Ada satu hal lagi yang ingin saya ingatkan, yang juga telah menjadi bahasan penting dalam buku saya Hari-Hari Sepakbola Indonesia Mati. Hal satu ini juga penting diingatkan bagi mereka yang mengaku sebagai suporter sepakbola di seantero Indonesia. Yaitu, semoga AASN terus mampu menjaga jati dirinya sebagai kelompok suporter sepakbola yang mandiri. Untuk bahan renungan dan cermin diri, saya kutipkan filosofi dari organisasi payung kelompok suporter di Inggris, The National Federation of Football Supporters' Clubs yang berstatus independen, dibiayai sendiri oleh anggota dan berdiri sejak tahun 1927. Disebutkan, “filosofi kami, suporter harus mampu membentuk diri mereka dalam kelompok sukarela yang independen, demokratis, dengan interes terbesarnya adalah demi tim yang mereka dukung dengan sepenuh ketulusan hati”.
Kalau Anda tidak setuju, mungkin Anda bukan tergolong sebagai suporter sejati !