Esquire, Yahoo ! dan Piala Dunia 2010
Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com
Mestakung. Semesta mendukung.
Anda kenal istilah ini ?
Istilah ini dipopulerkan oleh Yohanes Surya, ilmuwan Indonesia yang banyak menelorkan anak-anak muda Indonesia berprestasi menggetarkan dalam lomba-lomba sains di tingkat dunia. Bahkan ia pula mencita-citakan lahirnya pemenang-pemenang Nobel dari Indonesia.
"Kalau kita bercita-cita tinggi," begitu kurang lebihnya beliau selalu berkata, "maka kekuatan dahsyat alam semesta ini akan mendukung keberhasilan kita."
Saya lalu ingat kata-kata serupa dari George Bernard Shaw. Atau Goethe ? Juga Paulo Coelho. Dan kalau Anda rada jeli dalam membaca pelbagai buku-buku motivasi di Indonesia, yang sering dipompa dengan embel-embel sebagai buku-buku laris, variasi dari kredo Pak Surya itu bertebaran dan berdengung di mana-mana.
Ajaibnya, menjelang Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, saya agak-agak GR karena juga ikut kecipratan kesaktian dari kredo inspiratif itu.
Esquire Mewawancara. Mungkin semuanya ini hanya kebetulan. Diawali dengan sekadar niat untuk menghangatkan diri menjelang Piala Dunia 2010, saya memperbarui tampilan foto di akun Facebook saya.
Foto lama saya, yang dijepret Oktober 2009 di Wonogiri, digantikan dengan foto baru yang dijepret di Bogor lebih lama lagi tahunnya, 2002. Begitulah : lama yang baru digantikan dengan yang baru tetapi lama.
Kemudian pada wall pada tanggal 28 April 2010 itu saya tuliskan : "Ziarah teragung suporter sepakbola sejagat adalah saat berlangsungnya Piala Dunia. Merujuk momen ritual sepanjang Juni 2010 nanti, saya mengganti foto diri di Facebook ini dengan foto saat berkostum sebagai suporter sepakbola.
Sekadar cerita, saya tercatat di MURI sebagai pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli (2000). Foto ini diambil bulan April 2002 saat membawa trofi sebagai pemenang Honda The Power of Dreams Contest 2002."
Satu-dua hari sesudah pembaruan foto dan misi itu, mestakung pun rupanya terjadi. Saya memperoleh telepon tak terduga. Dari Syarif yang mengatakan dirinya wartawan majalah Esquire Indonesia. Langsung saya katakan, "majalah Anda ini, yang versi aslinya terbitan Amerika Serikat, salah satu majalah favorit saya."
Majalah Esquire adalah majalah pria kelas atas. Terbit pertama kali tahun 1932. Slogannya : Man At His Best. Salah satu artikelnya yang membekas adalah bahasan tentang Sindrom Peter Pan. Artikel panjang lebar itu mengupas sisi-sisi kelam dan problem psikologis lelaki yang tidak mau tumbuh dewasa sebagaimana tokoh fiksi Peter Pan. Sayang, fotokopi artikel itu terselip entah di mana kini.
Syukurlah artikel Tad Friend, "Sitcom, Seriously" (Maret 1993) yang saya fotokopi di perpustakaan American Cultural Center Jakarta (1/4/1993), masih utuh. Tulisan komprehensif ini masih sering saya buka-buka bila menemui sitkom-sitkom gombal, yang digarap tanpa bekal pendekatan intelektual, bersliweran di layar televisi kita.
Wawancara via telepon Jakarta-Wonogiri itu, apa lagi kalau bukan membedah fenomena maraknya tindak anarkis pada sosok suporter sepak bola Indonesia. Suporter dan kekerasan. Kekerasan dan suporter. Dua muka dari keping mata uang yang tidak bisa diubah ?
Jawaban saya untuk masalah itu tetap saja klise.
Gerombolan selalu memicu anonimitas. Gerombolan adalah "an angry group with many hands but no brains. " Mereka merupakan sekelompok orang yang marah, memiliki banyak tangan tetapi sama sekali tidak memiliki otak. Fenomena ini berlaku untuk siapa saja, termasuk para ulama.
Jawaban klise saya lainnya adalah, pendekatan hukum yang tanggung oleh aparat terhadap para pelaku tindak kekerasan berbaju suporter itu tidak membuat efek jera yang efektif.
Contoh lama : Beri Mardias, suporter PSP Padang asal Jatiwaringin, telah tewas dikeroyok suporter Persija (2/2/2002), di Senayan. Atau suporter Persija, Fathul Mulyadin (6/2/08) yang tewas dikeroyok suporter Persipura. Juga terjadi di Senayan.
Tak pernah ada kabar polisi melakukan pengusutan apalagi mengajukan pelakunya ke meja hijau. Terlebih lagi, sobatku sesama suporter sepak bola Indonesia, masihkah kita mengingat mereka itu sebagai manusia ?
Contoh terbaru. Di koran Jawapos, terbaca surat pembaca yang menceritakan teror suporter Aremania ketika berkonvoi merayakan prestasi Arema sebagai juara Liga Super Indonesia. Mereka itu dikeluhkan karena menggedor-gedor mobil yang kebetulan memakai plat polisi L yang ditemui di jalan, walau penumpangnya adalah warga Malang pula. Di dalamnya terdapat anak kecil yang menjerit-jerit ketakutan. Betapa dalam trauma yang akan membekas pada dirinya. Mungkin seumur hidup.
Koran itu lalu menyebut sebagai fihak Aremania yang memberikan jawaban bahwa "aksi itu dilakukan oleh oknum yang ingin mencemarkan nama baik Aremania."
Dirangkul Yahoo ! Usai berurusan dengan Esquire Indonesia, sambil tidak tahu kapan tulisan tentang suporter itu akan diterbitkan walau Syarif berjanji akan mengirimkan majalahnya, angin berkah fenomena mestakung rupanya berlanjut. Kali ini berupa email (4/5/2010) tak terduga dari Ali Zaenal Abidin. Pribadi yang belum saya kenal sebelumnya. Petikan emailnya :
"Halo Bambang. Dari Havas PR, saya mengirim email ini atas nama klien kami, Yahoo! Kami lihat artikel - artikel pada situs Anda sangat menarik dan banyak dikunjungi penggemar sepak bola di Indonesia di mana saya yakin Anda dan pengunjung situs Anda akan tertarik dengan apa yang Yahoo! rencanakan.
Setelah 4 tahun menunggu, Afrika Selatan sudah semakin dekat dan kami ingin menginformasikan sesuatu yang sangat menarik dari Yahoo! di mana Anda juga dapat terlibat di dalamnya.
Beberapa minggu lagi, Yahoo! akan memulai kampanye global dengan acara-acara yang akan diadakan di kota-kota berikut : London, Madrid, Milan, Berlin, Paris, Sao Paulo, Jakarta, dan Seoul. Acara - acara ini akan diadakan di lokasi populer di masing-masing kota bersama penjaga gawang - penjaga gawang masa lalu dan masa kini, untuk memainkan adu penalti dengan anggota media dan publik.
Yahoo! juga menawarkan para sepak bola mania kesempatan untuk ikut serta dalam permainan adu penalti online secara global, di mana pemenang yang dapat memimpin klasemen permainan ini akan ikut serta dalam tendangan penalti sekali seumur hidup melawan penjaga gawang kelas dunia untuk memenangkan Yahoo! Ultimate Sports Pass - memenangkan akses untuk 16 acara olah raga akbar selama 4 tahun ke depan, diakhiri di Brazil tahun 2014.
Meskipun sementara ini kami belum dapat mengumumkan detil acara ini, kami ingin mengetahui apakah Anda tertarik untuk mempromosikan info ini kepada pembaca Anda.
Saya masih memiliki banyak informasi mengenai peluncuran acara ini dalam waktu dekat, tapi semoga informasi yang Anda dapatkan saat ini sudah cukup menarik untuk menjelaskan apa yang akan kita lakukan pada bulan Mei ini.
Tentunya Anda sekarang Anda memiliki banyak pertanyaan yang ingin Anda tanyakan, karenanya jangan ragu untuk menghubungi dan sampaikan pertanyaan- pertanyaan Anda mengenai apa yang sudah kami persiapkan untuk beberapa minggu dan bulan ke depan. "
Terima kasih, Ali Zaenal Abidin.
Dengan sedikit gliyeran, sempoyongan akibat kepala rada-rada membengkak karena bangga, mirip petinju kena punch drunk, saya menjawab : bersedia. Dengan syarat, kalau kegiatan itu disponsori oleh pabrik rokok akan saya tolak. Kembali Ali Zaenal Abidin di email yang saya baca 5 Mei 2010 bercerita :
"Mengenai situs Indonesia yang bekerja sama dengan kami, kami bekerja sama dengan situs - situs yang memfokuskan situs mereka dengan sepak bola. Karena itulah kami melihat situs Anda sebagai situs yang tidak hanya berisi mengenai artikel-artikel sepak bola, tapi juga memiliki banyak pengunjung. Terima kasih, dan dalam waktu dekat ini kami akan mengirimkan info lebih rinci mengenai acara ini."
Musim mabuk sepak bola. Saya pun hanya bisa menunggu. Hingga pada awal Juni 2010 ini saya membaca-baca berita di surat kabar, bacanya di Perpustakaan Umum Wonogiri, tentang kedatangan mantan kiper Arsenal dan Inggris, David Seaman, ke Jakarta.
Dalam foto ia nampak beraksi mengadang tendangan penalti, dengan memakai kaos kuning bertuliskan logo Yahoo ! Apakah acara David Seaman itu yang dimaksud oleh Ali Zaenal Abidin di atas ? Saya tidak tahu. Yang pasti, sejak email 5 Mei 2010 itu saya tidak memperoleh kabar lanjut dari dirinya. OK. Mungkin saya akan dapat kabar baru darinya lagi, menjelang Piala Dunia di Brazil tahun 2014 nanti.
Selain kabar tentang David Seaman, di perpustakaan kota saya itu juga memergoki majalah Intisari edisi Mei dan Juni 2010. Nampaknya juga ikut-ikutan terjun dalam musim mabuk sepak bola. Edisi Mei 2010 memajang artikel "Noda-noda sepak bola" oleh Seno Gumira Ajidarma.
Ia antara lain mengaduk isi buku-bukunya Franklin Foer, How Soccer Explains the World: An Unlikely Theory of Globalization (2004), karya Simon Kuper yang Football Against the Enemy (1994), dan juga karya Alex Bellos, Futebol : The Brazilian Way of Life (2002).
Ketika menatap judul paragraf "Korupsi di Negeri Bola" dari artikel itu, saya sudah titip harapan Seno Gumira Ajidarma akan mengupas fenomena korupsi di tubuh sepak bola tanah air. Karena, menurut saya, memblenya prestasi sepak bola kita sejak puluhan tahun terakhir ini, ya akibat menyeruaknya budaya korupsi itu.
Bukankah malah bos PSSI, Nurdin Halid, pernah pula mendekam di penjara akibat kasus korupsi jua ? Saya harus kecewa, karena ia malah membedah selintas korupsi yang terjadi di Brazil sana.
Di halaman lain Intisari edisi Mei 2010 itu Anda dapat menemukan tulisan tentang suporter sepak bola Indonesia. Berjudul, "Penonton Anonim Cenderung Nekat," goresan pena Ira Lathief, kontributor Intisari. Ira ini, kebetulan adalah kenalan maya saya.
Ira yang memiliki blog dengan slogan " think globally, laugh locally" telah pula berkenan menulis endorsement yang inspiratif dan insinuatif untuk buku saya, Komedikus Erektus.
Buku ketiga saya itu, yang oleh wartawan senior Kompas Budiarto Shambazy dikomentari sebagai buku yang berisi "satir politik jenis baru yang segar, mencerahkan dan cerdas yang sudah lama diakrabi masyarakat Barat," kini dalam perampungan akhir oleh Faried Wijdan dan kawan-kawan di Etera Imania dan menunggu diluncurkan.
Sajian Intisari itu ikut menandai musim mabuk sepak bola yang kini terasa kental mewarnai media massa cetak di tanah air. Koran lokal Solopos misalnya, meluncurkan lembaran khusus yang isinya tentang Piala Dunia 2010. Hanya gelontoran berita dan berita semata. Ibaratnya tinggal menerjemahkan isi dari situs Piala Dunia 2010 dari FIFA dan kantor berita lainnya.
Tak ada semacam sentuhan kreativitas, misalnya mengaitkan mabuk Piala Dunia 2010 itu dengan isu-isu lokal yang relevan. Tak ada kolumnis-kolumnis lokal yang bisa ditampilkan. Juga belum tersedia kolom untuk menfasilitasi kiprah user generated content, di mana para penggila bola lokal dapat riuh-rendah bertukar komentar atau opini. Koran-koran lainnya, misalnya Suara Merdeka, pendekatannya juga kurang lebih sama.
Penumpang istimewa. Kembali ke isi majalah Intisari, tetapi kali ini merujuk ke edisi Juni 2010. Pada halaman 80 terdapat tulisan sehalaman berjudul "Penumpang Berbadan Sehat," oleh Irawan Agung Hidayat, dari Bekasi.
Ia bercerita mengenai penumpang pesawat terbang yang sering terpilih untuk duduk di dekat pintu darurat. Katanya, pilihan itu menandakan sang penumpang bersangkutan sebagai sosok istimewa. Apalagi ruang tempat duduk satu itu lebih longgar, kaki bisa berselonjor, dan si penumpang bersangkutan diam-diam di daulat sebagai "penumpang yang sehat dan fit."
Istilahnya dalam bahasa Inggris : able-bodied passenger. Artinya : bila keadaan darurat tiba-tiba terjadi dalam penerbangan itu, maka sang penumpang istimewa tersebut dinilai mampu bertindak cekatan untuk ikut menyelamatkan jiwa penumpang lainnya.
Tulisan itu membuat saya senyum-senyum.
Bernostalgia.
Tanggal 16 Januari 2005, bersama Mayor Haristanto, dan sama-sama berkostum suporter sepak bola Indonesia, kami berdua terbang menuju Singapura. Untuk mendukung Bambang Pamungkas dkk pada leg kedua final Piala Tiger 2004/2005. Begitu memasuki pesawat, di belakang tiba-tiba sudah terdengar semacam seruan : "Soccer boys ! "Soccer boys !"
Saya menoleh ke arah sumber seruan itu.
Segera kami bertukar senyum. Ada dua orang anak muda.
"Excuse me, guys. Are you Singaporean fans ?," tegurku.
"Yeah !," katanya dengan tatapan ramah.
"OK. See you tonight. Kallang Stadium. Good luck !"
Sayang mereka duduknya di belakang. Di tengah penerbangan saya menengok, mereka malah sedang tertidur. Tetapi kami sempat saling melambai ketika usai mengambil bagasi masing-masing dari ban berjalan. Salah satu bekal kami adalah spanduk ukuran 2 m x 12 meter bertuliskan : "Bangkit Indonesia !"
"There are only two emotions in a plane : boredom and terror."
Itulah kata Orson Welles (1915-1985), aktor dan sutradara film Amerika Serikat. Rasa bosan dan teror merupakan emosi yang menyeruak ketika kita berada dalam penerbangan. Untuk mengusir rasa bosan, sementara di seberang saya nampak sosok lelaki membuka-buka laptopnya, saya pun memutuskan membaca-baca majalah. Lalu tertarik melirik-lirik keterangan yang tertulis di dinding pesawat.
Ada tulisan yang menarik di situ.
Gumam saya kini : "Kalau dalam psike masyarakat sosok suporter identik gerombolan tukang teror dan suka bertindak anarkis, dalam penerbangan yang lalu itu kami sebagai suporter sepak bola Indonesia ternyata mendapatkan pulung kehormatan.
Sebagai able-bodied passenger.
Tempat duduk kami berada paling dekat pintu darurat.
Mungkin ini terjadi semata karena kebetulan belaka.
Atau juga fenomena mestakung ?"
Selamat menyongsong laga akbar Piala Dunia 2010, sobat !
Wonogiri, 6 Juni 2010
["Selamat ulang tahun, semoga berbahagia, sehat-sehat selalu dan panjang umur untuk Krisandari Yuningrum."]
si
Labels: bambang haryanto, budiarto shambazy, esquire, esquire indonesia, ira lathief, kallang, komedikus erektus, mayor haristanto, pasoepati, piala dunia 2010, piala tiger 2004, pintu darurat, singapura