TIROS A PUERTA
(Keuntungan Kecil Dari Sikap Jahil Saat Nonton Sepakbola di TV)
Ketika bek Lazio Sinisa Mihajlovic meludahi penyerang Chelsea, Adrian Mutu, di Liga Champions (5/11/2003), dan akhirnya terkena akumulasi dua kartu kuning, sekaligus Lazio akhirnya dipermalukan 0-4 di Roma, Anda menontonnya di mana ? Mungkin di rumah. Atau di kafe. Yang pasti, menontonnya lewat layar pesawat televisi, bukan ?
Ketika adegan disgusting tersebut terjadi, dan saat Mihajlovic harus keluar lapangan (hukuman berat dari UEFA juga menantinya. Ia dihukum denda dan dilarang main 8 kali !) kemudian penyiarnya bilang, “saya hanya menaruh secuil simpati kepadanya”, saya menontonnya tidak dari televisi. Karena memang saya tidak punya pesawat televisi. Oleh karena itu, di tempat saya di Wonogiri, saya kehilangan banyak tontonan sepakbola.
Saya tak bisa nonton Liga Inggris di TV7
Liga Italia di SCTV gambarnya tak begitu jelas.
Liga Spanyol yang di layar TPI, gutbai sajalah.
Yang bisa ditonton hanyalah dari salurannya RCTI.
Saya menonton pertandingan sepakbola Liga Spanyol dan Liga Champions dari layar monitor komputer. Komputer yang telah diberi asesori berupa TV Tuner, jadilah ia mampu berperilaku a la “bi-sex” : komputer bisa, televisi juga bisa. Jelasnya malah mungkin “tri-sex” atau “quartro-sex” (yak opo rek), karena bisa pula untuk mendengarkan radio (Radio BBC favorit saya) atau kirim e-mail via Internet. Belum lagi kemampuannya untuk mutar CD atau VCD !
Kemampuan komputer yang macem-macem itu telah memberi kesenangan kecil. Sebagai seorang suporter sepakbola, saya senang mencatat dan mengamati isi-isi spanduk atau papan iklan yang terpampang di stadion. Banyak hiburan kecil dari sana. Hobi satu ini mengingatkan satu hal dari Liga Indonesia kemarin.
Kalau tidak salah, sesudah Arema dibeli oleh fihak Bentoel, apa benar lalu stadion Gajayana jadi steril dari spanduk-spanduk khas Aremania ? Apa betul pengamatan saya ini ? Kemana perginya singa-singa garang dilatarbelakangi warna-warna biru itu ?
Ketika di layar TV muncul suatu istilah, nama produk, atau tulisan di spanduk terpampang di sana yang menarik mata, saya seringkali digoda untuk pengin mengetahui apa artinya. Sokurlah, di komputer saya tersimpan aneka peranti lunak (hasil beli bajakannya di Glodog setahun lalu, “siapa bisa cerita kondisi Glodog saat ini ya ?”), baik kamus belasan bahasa, ensiklopedia, gazette, kamus ilmu tertentu (bisnis, fisika, hukum, kimia, komputer , singkatan sampai sains ) juga ribuan quotations, hingga membantu memenuhi rasa ingin tahu. Bahkan kadang, ketika menonton kuis Who Wants To Be A Millionaire, saya kadang tergoda berpacu dalam membongkar isi aneka peranti lunak itu untuk coba-coba ikut menjawabnya.
Begitulah, saat nonton Liga Spanyol, lalu di layar TV muncul kalimat : Tiros A Puerta, segera saya membongkar kamus Spanyol-Inggris. Saat itu pula segera saya mendapat perbendaharaan baru :
Tiros A Puerta.
Shots on goal.
Tembakan ke gawang.
Steve Jobs, penemu dan pendiri komputer Apple, pernah berujar, “Anda menyetel TV untuk mempersilakan otak Anda berhenti. Anda menghidupkan komputer ketika menginginkan otak Anda bekerja”. Ketika kini seseorang dapat menghidupkan komputer untuk menonton siaran pertandingan sepakbola di TV, kira-kira apa yang bakal Steve Jobs katakan tentang otak seseorang tersebut ? Saya senyum-senyum saja menantikan komentar Anda, bila ada.
Hasta Luego, Amigo ! ***
Sampai jumpa, sahabat !
Bambang Haryanto
Penulis buku HARI-HARI SEPAKBOLA INDONESIA MATI
Wonogiri, 10/11/2003
*** Kalau di daerah Klaten dan Sukoharjo, kalimat itu mungkin dapat berarti “Sampai jumpa, di toko Amigo”. Amigo adalah nama jaringan toko swalayan di pelbagai kabupaten/kecamatan di sekitar Solo.
P.S. Selamat untuk kelahiran si cantik Amadea Nauraleza Permadi, 15/10/2003 yang lalu. Apakah Amadea itu bentuk feminin dari Amadeus ? Kalau benar, maka itu akan berarti “si cantik kekasih Tuhan”. Dan memang, nama dari putri saudaraku ini mudah mengingatkan akan Amadeus Mozart, komponis jenius asal Austria, di mana kini musik abadinya telah menjadi mukjijat sebagai sarana untuk meningkatkan daya pikir, kesehatan dan kreativitas anak melalui musik.
Semoga Amadea Nauraleza (“apa arti nama yang indah ini, Sam Idoer ?”) Permadi akan segera menikmati antara lain, Symphony No. 40 in G Mayor dan karya jenius Amadeus lainnya untuk perkembangan daya pikir dan kreativitasnya, kelak.
Aku turut berbahagia, Sam Idoer !
Semoga papa Amadea, sehat-sehat saja.
(Keuntungan Kecil Dari Sikap Jahil Saat Nonton Sepakbola di TV)
Ketika bek Lazio Sinisa Mihajlovic meludahi penyerang Chelsea, Adrian Mutu, di Liga Champions (5/11/2003), dan akhirnya terkena akumulasi dua kartu kuning, sekaligus Lazio akhirnya dipermalukan 0-4 di Roma, Anda menontonnya di mana ? Mungkin di rumah. Atau di kafe. Yang pasti, menontonnya lewat layar pesawat televisi, bukan ?
Ketika adegan disgusting tersebut terjadi, dan saat Mihajlovic harus keluar lapangan (hukuman berat dari UEFA juga menantinya. Ia dihukum denda dan dilarang main 8 kali !) kemudian penyiarnya bilang, “saya hanya menaruh secuil simpati kepadanya”, saya menontonnya tidak dari televisi. Karena memang saya tidak punya pesawat televisi. Oleh karena itu, di tempat saya di Wonogiri, saya kehilangan banyak tontonan sepakbola.
Saya tak bisa nonton Liga Inggris di TV7
Liga Italia di SCTV gambarnya tak begitu jelas.
Liga Spanyol yang di layar TPI, gutbai sajalah.
Yang bisa ditonton hanyalah dari salurannya RCTI.
Saya menonton pertandingan sepakbola Liga Spanyol dan Liga Champions dari layar monitor komputer. Komputer yang telah diberi asesori berupa TV Tuner, jadilah ia mampu berperilaku a la “bi-sex” : komputer bisa, televisi juga bisa. Jelasnya malah mungkin “tri-sex” atau “quartro-sex” (yak opo rek), karena bisa pula untuk mendengarkan radio (Radio BBC favorit saya) atau kirim e-mail via Internet. Belum lagi kemampuannya untuk mutar CD atau VCD !
Kemampuan komputer yang macem-macem itu telah memberi kesenangan kecil. Sebagai seorang suporter sepakbola, saya senang mencatat dan mengamati isi-isi spanduk atau papan iklan yang terpampang di stadion. Banyak hiburan kecil dari sana. Hobi satu ini mengingatkan satu hal dari Liga Indonesia kemarin.
Kalau tidak salah, sesudah Arema dibeli oleh fihak Bentoel, apa benar lalu stadion Gajayana jadi steril dari spanduk-spanduk khas Aremania ? Apa betul pengamatan saya ini ? Kemana perginya singa-singa garang dilatarbelakangi warna-warna biru itu ?
Ketika di layar TV muncul suatu istilah, nama produk, atau tulisan di spanduk terpampang di sana yang menarik mata, saya seringkali digoda untuk pengin mengetahui apa artinya. Sokurlah, di komputer saya tersimpan aneka peranti lunak (hasil beli bajakannya di Glodog setahun lalu, “siapa bisa cerita kondisi Glodog saat ini ya ?”), baik kamus belasan bahasa, ensiklopedia, gazette, kamus ilmu tertentu (bisnis, fisika, hukum, kimia, komputer , singkatan sampai sains ) juga ribuan quotations, hingga membantu memenuhi rasa ingin tahu. Bahkan kadang, ketika menonton kuis Who Wants To Be A Millionaire, saya kadang tergoda berpacu dalam membongkar isi aneka peranti lunak itu untuk coba-coba ikut menjawabnya.
Begitulah, saat nonton Liga Spanyol, lalu di layar TV muncul kalimat : Tiros A Puerta, segera saya membongkar kamus Spanyol-Inggris. Saat itu pula segera saya mendapat perbendaharaan baru :
Tiros A Puerta.
Shots on goal.
Tembakan ke gawang.
Steve Jobs, penemu dan pendiri komputer Apple, pernah berujar, “Anda menyetel TV untuk mempersilakan otak Anda berhenti. Anda menghidupkan komputer ketika menginginkan otak Anda bekerja”. Ketika kini seseorang dapat menghidupkan komputer untuk menonton siaran pertandingan sepakbola di TV, kira-kira apa yang bakal Steve Jobs katakan tentang otak seseorang tersebut ? Saya senyum-senyum saja menantikan komentar Anda, bila ada.
Hasta Luego, Amigo ! ***
Sampai jumpa, sahabat !
Bambang Haryanto
Penulis buku HARI-HARI SEPAKBOLA INDONESIA MATI
Wonogiri, 10/11/2003
*** Kalau di daerah Klaten dan Sukoharjo, kalimat itu mungkin dapat berarti “Sampai jumpa, di toko Amigo”. Amigo adalah nama jaringan toko swalayan di pelbagai kabupaten/kecamatan di sekitar Solo.
P.S. Selamat untuk kelahiran si cantik Amadea Nauraleza Permadi, 15/10/2003 yang lalu. Apakah Amadea itu bentuk feminin dari Amadeus ? Kalau benar, maka itu akan berarti “si cantik kekasih Tuhan”. Dan memang, nama dari putri saudaraku ini mudah mengingatkan akan Amadeus Mozart, komponis jenius asal Austria, di mana kini musik abadinya telah menjadi mukjijat sebagai sarana untuk meningkatkan daya pikir, kesehatan dan kreativitas anak melalui musik.
Semoga Amadea Nauraleza (“apa arti nama yang indah ini, Sam Idoer ?”) Permadi akan segera menikmati antara lain, Symphony No. 40 in G Mayor dan karya jenius Amadeus lainnya untuk perkembangan daya pikir dan kreativitasnya, kelak.
Aku turut berbahagia, Sam Idoer !
Semoga papa Amadea, sehat-sehat saja.