« Home | Budaya Jawa dan Kekerasan SepakbolaOleh : Bambang ... » | Barry Sihotang, Whistle Blower dan Sepakbola Indon... » | I Believe The Withe Magic Oleh : Bambang HaryantoP... » | Go Where Love Goes dan Patah Hati Seorang Suporter... » | Daniel Nivel, Beri Mardias dan Dunia Kecil Sepakbo... » | Eulogi Untuk Widhiana Laneza dan Sepakbola Indones... » | Reporter TV Seksi Berkaki Belalang Dan Nasionalism... » | MISSION POSSIBLE : TIM NASIONAL INDONESIA JUARA ... » | Sandyakalaning Pasoepati Oleh : Bambang Haryanto ... » | BILA RIBUAN TON GULA IMPOR ILEGAL MENGANCAM MASA... » 

Friday, May 12, 2006 

Globalisasi dan  Sepakbola Indonesia


Oleh : Bambang Haryanto

Email : humorliner@yahoo.com


Nasionalisme jadi titik lemah, achilles heel, sepakbola Singapura. Begitu setidaknya di mata suporter sepakbola Indonesia di Stadion Nasional Kallang pada final leg kedua Piala Tiger 2005 yang lalu Ketika 55.000 pendukung The Lions mengaum melagukan ole, ole, ole, kami yang berhimpun di tribun timur laut segera menimpalinya dengan lagu yang sama : Impor, impor, impor ! Suporter Singapura di kanan dan kiri kami langsung bungkam.

Nasionalisme kami lagi benar-benar mendidih. Ketika di tengah kami muncul dua cewek bule yang cantik-cantik, mereka jelas mendukung tim Indonesia, koor impor, impor, impor, membahana lagi. Kedua cewek itu ketika tahu jadi sasaran tembak, dituding sebagai suporter impor bagi tim Indonesia, langsung tersenyum kecut. Mereka lari ke tribun yang lebih atas untuk menyelamatkan diri dari “amukan” nasionalisme kami.

Bek tim Singapura Daniel Bennet adalah kelahiran Inggris. Penyerang Agu Casmir dan Itimi Dickson, keduanya berkulit hitam, kelahiran Nigeria. Mereka dinaturalisasi sebagai warga Singapura. Mereka merupakan sosok pemain The Lions yang menjadi sasaran ejekan suporter Indonesia.

Tepat sasarankah ejekan suporter Indonesia tadi ? Di era globalisasi dewasa ini, masih relevankah nasionalisme ? Indonesianis Benedict Anderson pernah menulis betapa arus perpindahan antarbangsa makin menghebat dewasa ini. Ia gambarkan, imperialisme meruyak dari Eropa menyerbu India, Afrika, Asia Tenggara, Oseania dan Karibia. Suku Jawa menyerbu Amerika Latin, Afrika Selatan dan Oseania. Orang Irlandia ke Australia. Jepang ke Brasil. Filipina ke Spanyol. Dan seterusnya.

Kini gereja-gereja ada di Korea, Cina dan Jepang. Bangunan mesjid marak di Manchester Inggris, Marseilles dan Washington DC. Candi Buddha, Hindu atau pun Sikh berdiri di Los Angeles, Toronto, London sampai Dakkar.

Belum lagi gempuran teknologi komunikasi dan informasi yang kini membuat orang mampu menjangkau orang lain di mana pun di dunia. Patrick McGovern dari kelompok penerbit IDG dalam wawancara dengan Newsweek (18/9/1995) bilang bahwa komunitas di masa lalu ditentukan batas-batas geografi. Kini tidak lagi. Contoh : email yang ia terima tiap pagi di New York ada yang dari Beijing, Johannesburg atau Berlin.

“Komunitas saya adalah mereka yang memiliki minat terhadap teknologi informasi. Saya dalam mengambil keputusan berdasarkan tujuan menyejahterakan komunitas saya tersebut, yang tidak terkait struktur politik atau geografi. Dalam konteks ini hadir jenis kepemimpinan politik baru dan nyata melalui komunikasi elektronik. Mereka tidak lain juga gerakan separatis dalam sebuah negara.”

Di Singapura aku mengalami gegar budaya. Kebanggaan nasional Singapura yang populasinya didominasi keturunan etnis Cina, wajahnya diwakili sosok berkulit hitam kelahiran Nigeria. Untuk mendongkrak prestasi tim sepakbola nasional, haramkah bila kita tergiur pula melakukan hal seperti yang dilakukan Singapura ?

Nicholas Negroponte dalam Being Digital (1995) menulis, negara bangsa ibarat kapur barus. Dari bentuk padat yang segera habis menguap menjadi gas. Nasionalisme kemudian hanya ibarat penyakit cacar, yang kini nyaris telah tereradikasi dari muka bumi. Apalagi Albert Einstein pun pernah bilang : nasionalisme adalah penyakit kekanak-kanakan. Nasionalisme adalah penyakit sampar umat manusia !

Aku kini rupanya hidup di jaman yang hebat. Juga membingungkan. Jaman yang juga menakutkan bagi kelangsungan republik yang negara bangsa ini ?

Anda punya pendapat ?
Saya tunggu di :
humorliner@yahoo.com.


si

"All that I know most surely about morality and obligations I owe to football"



(Albert Camus, 1913-1960)

Salam Kenal Dari Saya


Image hosted by Photobucket.com

Bambang Haryanto



("A lone wolf who loves to blog, to dream and to joke about his imperfect life")

Genre Baru Humor Indonesia

Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau, Buku humor politik karya Bambang Haryanto, terbit 2012. Judul buku : Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau! Pengarang : Bambang Haryanto. Format : 13 x 20,5 cm. ISBN : 978-602-97648-6-4. Jumlah halaman : 219. Harga : Rp 39.000,- Soft cover. Terbit : Februari 2012. Kategori : Humor Politik.

Judul buku : Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau ! Format: 13 x 20,5 cm. ISBN : 978-602-96413-7-0. Halaman: xxxii + 205. Harga : Rp 39.000,- Soft cover. Terbit : 24 November 2010. Kategori : Humor Politik.

Komentar Dari Pasar

  • “HAHAHA…bukumu apik tenan, mas. Oia, bukumu tak beli 8 buat gift pembicara dan doorprize :-D.” (Widiaji Indonesia, Yogyakarta, 3 Desember 2010 : 21.13.48).
  • “Mas, buku Komedikus Erektus mas Bambang ternyata dijual di TB Gramedia Bogor dgn Rp. 39.000. Saya tahu sekarang saat ngantar Gladys beli buku di Bogor. Salam. Happy. “ (Broto Happy W, Bogor : Kamis, 23/12/2010 : 16.59.35).
  • "Mas BH, klo isu yg baik tak kan mengalahkan isu jahat/korupsi spt Gayus yg dpt hadiah menginap gratis 20 th di htl prodeo.Smg Komedikus Erektus laris manis. Spt yg di Gramedia Pondok Indah Jaksel......banyak yg ngintip isinya (terlihat dari bungkus plastiknya yg mengelupas lebih dari 5 buku). Catatan dibuat 22-12-10." (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :21.30.05-via Facebook).
  • “Semoga otakku sesuai standar Sarlito agar segera tertawa ! “ (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :14.50.05).
  • “Siang ini aku mau beli buku utk kado istri yg ber-Hari Ibu, eh ketemu buku Bambang Haryanto Dagelan Rep Kacau Balau, tp baru baca hlm 203, sukses utk Anda ! (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :14.22.28).
  • “Buku Komedikus Erektusnya sdh aku terima. Keren, mantabz, smg sukses…Insya Allah, suatu saat kita bisa bersama lg di karya yang lain.” (Harris Cinnamon, Jakarta : 15 Desember 2010 : 20.26.46).
  • “Pak Bambang. Saya sudah baca bukunya: luar biasa sekali !!! Saya tidak bisa bayangkan bagaimana kelanjutannya kalau masuk ke camp humor saya ? “ (Danny Septriadi,kolektor buku humor dan kartun manca negara, Jakarta, 11 Desember 2010, 09.25, via email).
  • “Mas, walau sdh tahu berita dari email, hari ini aq beli & baca buku Komedikus Erektus d Gramedia Solo. Selamat, mas ! Turut bangga, smoga ketularan nulis buku. Thx”. (Basnendar Heriprilosadoso, Solo, 9 Desember 2010 : 15.28.41).
  • Terima Kasih Untuk Atensi Anda

    Powered by Blogger
    and Blogger Templates