« Home | Indonesia dan Tiga Piala DuniaOleh : Bambang Harya... » | Send Me An Angel, Mawar Bromley dan Mimpi Jerman J... » | RonaldikinhoOleh : Bambang HaryantoEmail : humorli... » | Impian Kandas Di Highbury Dan Tujuh Mawar Mekar Di... » | Globalisasi dan Sepakbola IndonesiaOleh : Bambang... » | Budaya Jawa dan Kekerasan SepakbolaOleh : Bambang ... » | Barry Sihotang, Whistle Blower dan Sepakbola Indon... » | I Believe The Withe Magic Oleh : Bambang HaryantoP... » | Go Where Love Goes dan Patah Hati Seorang Suporter... » | Daniel Nivel, Beri Mardias dan Dunia Kecil Sepakbo... » 

Monday, October 09, 2006 

Useful Idiot



Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner@yahoo.com



Vladimir Ilich Ulyanov Lenin (1870–1924) konon pencipta istilah useful idiot, orang dungu atau goblog yang berguna. Tokoh revolusi Uni Sovyet menggunakan istilah tersebut untuk menjuluki kalangan wartawan dan pelancong Barat yang mendukung Uni Sovyet dan juga kebijakan politiknya di dunia Barat.

Tetapi dalam jargon politik di masa Perang Dingin, useful idiot justru digunakan kalangan anti komunis untuk menggambarkan kalangan tertentu di negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, yang menaruh simpati terhadap Uni Sovyet. Digambarkan bahwa pribadi bersangkutan merupakan sosok naif, bodoh, mudah dimanfaatkan, mudah dimanipulasi, baik oleh gerakan politik, kelompok teroris, pemerintah musuh, baik yang beraliran komunis atau pun bukan.

Apakah pribadi useful idiot itu juga hadir dalam budaya suporter sepakbola Indonesia ? Positif. Terutama bila kita mendata meledaknya kerusuhan demi kerusuhan tanpa henti di kalangan suporter sepakbola Indonesia. Tindak kekerasan merupakan cerminan pribadi yang bersumbu pendek, emosional, tidak rasional.

Apalagi menurut Aji Wibowo dalam skripsinya “Dinamika Kelompok Suporter Sepakbola : Studi Kelompok Suporter Brajamusti dan Slemania” (Sosiologi UGM, 2005) yang mengutip Gustave Le Bon, bahwa ketika seseorang berada di kerumunan maka nalar dan akal sehatnya berada di bawah rata-rata kondisi normal. Ketika berada di tengah kerumunan, dirinya mengalami de-inviduasi, menyusutnya kesadaran diri yang selanjutnya mengurangi kendali diri, sehingga sangat mudah dipengaruhi dan terpancing untuk bertindak di luar kemauannya sendiri. Dalam kondisi seperti itu, mobilisasi dan komando seseorang akan sangat mudah diikuti massa.

Di luar lapangan sepakbola, kelompok suporter juga rawan untuk dimobilisasi. Dimanfaatkan sebagai kelompok penekan, sarana mobilisasi massa untuk Pemilu atau Pilkada, sampai menjadi mesin demo demi menjunjung tinggi UUD (ujung-ujungnya duit), guna meng-gol-kan interes bisnis atau politik pentolannya. Merujuk fenomena ini membuat kelompok suporter Arema Malang, Aremania, alergi terhadap semua bentuk-bentuk organisasi suporter.

Kekuatiran Aremania, memang beralasan. Tetapi perangai useful idiot, ibarat kerbau dicocok hidung itu, tetap saja marak dalam urusan seputar sepakbola kita. Kelompok suporter useful idiot semakin menarik bila dikaitkan dengan fenomena sepakbola “plat merah” di Indonesia yang terus ramai digugat. Tim-tim tersebut hanya mampu menyusu anggaran pemerintah, hidup-matinya pun berada di tangan dan minat sang birokrat. Tak ayal, silakan mendata berapa banyak pimpinan daerah yang menjadi ketua umumnya, sementara anak atau menantu menjadi manajer tim bersangkutan.

Praktek KKN yang nyata-nyata di depan mata itu, dengan segenap efek sampingnya, sayangnya justru jauh dari sorotan kritis kalangan suporter sepakbola. Mereka pantas disebut sebagai useful idiot, sosok-sosok naif yang mudah dimanfaatkan, ditutup mata dan daya kritisnya, begitu mudah dimanipulasi, sehingga tidak mampu kritis terhadap jalannya pengelolaan tim-tim yang mereka dukung.

Sekadar contoh : menjelang putaran Babak 8 Besar Liga Indonesia 2006, kelompok-kelompok suporter di pelbagai kota Jawa Tengah dimobilisasikan guna membentuk organisasi kekerabatan. Salah satu misinya adalah mendukung tim PSIS (Semarang), yang “wakil” Jawa Tengah, agar mampu meraih juara. Kemudian dipilihlah ketuanya, tidak lain adalah Yoyok Sukawi, anak walikota Semarang dan manajer PSIS Semarang.

Ilustrasi lain : kelompok suporter Pasoepati (Solo) terkesan ngambek, lesu darah mendukung tim kotanya sendiri gara-gara pentolannya tidak lagi dilibatkan sebagai panitia penyelenggara. Motif UUD lagi ?

Ada pula kelompok suporter terkenal lain yang justru menutup mata, tidak bersuara apa-apa karena kooptasi penguasa, ketika stadion kebanggaan tim yang didukungnya dihancurkan buldozer, menjadi puing, terhapus dari sejarah. Atau berhimpunnya kelompok-kelompok suporter nasional yang digalang dengan label jambore suporter nasional di mana secara halus mereka diajak bermitra oleh sponsor, tanpa mereka sadari, untuk “mensosialisasikan” budaya merokok di kalangan suporter sepak bola Indonesia.

Fenomena-fenomena aneh di atas mengingatkan saya filosofi The National Federation of Football Supporters' Clubs (NFFSC), organisasi independen kelompok suporter terbesar di Inggris yang didirikan 3 September 1927. Filosofi NFFSC adalah, suporter harus mampu membentuk organisasinya sendiri sebagai kelompok sukarela, independen dan demokratis, dengan satu-satunya interes adalah dukungan bagi keberhasilan tim yang mereka dukung dengan sepenuh hati.

Kapankah filosofi NFFSC tersebut mampu menggusur budaya useful idiot di kalangan suporter sepakbola Indonesia ? Anda punya komentar ? ***


Wonogiri, 29/8/2006


si

"All that I know most surely about morality and obligations I owe to football"



(Albert Camus, 1913-1960)

Salam Kenal Dari Saya


Image hosted by Photobucket.com

Bambang Haryanto



("A lone wolf who loves to blog, to dream and to joke about his imperfect life")

Genre Baru Humor Indonesia

Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau, Buku humor politik karya Bambang Haryanto, terbit 2012. Judul buku : Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau! Pengarang : Bambang Haryanto. Format : 13 x 20,5 cm. ISBN : 978-602-97648-6-4. Jumlah halaman : 219. Harga : Rp 39.000,- Soft cover. Terbit : Februari 2012. Kategori : Humor Politik.

Judul buku : Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau ! Format: 13 x 20,5 cm. ISBN : 978-602-96413-7-0. Halaman: xxxii + 205. Harga : Rp 39.000,- Soft cover. Terbit : 24 November 2010. Kategori : Humor Politik.

Komentar Dari Pasar

  • “HAHAHA…bukumu apik tenan, mas. Oia, bukumu tak beli 8 buat gift pembicara dan doorprize :-D.” (Widiaji Indonesia, Yogyakarta, 3 Desember 2010 : 21.13.48).
  • “Mas, buku Komedikus Erektus mas Bambang ternyata dijual di TB Gramedia Bogor dgn Rp. 39.000. Saya tahu sekarang saat ngantar Gladys beli buku di Bogor. Salam. Happy. “ (Broto Happy W, Bogor : Kamis, 23/12/2010 : 16.59.35).
  • "Mas BH, klo isu yg baik tak kan mengalahkan isu jahat/korupsi spt Gayus yg dpt hadiah menginap gratis 20 th di htl prodeo.Smg Komedikus Erektus laris manis. Spt yg di Gramedia Pondok Indah Jaksel......banyak yg ngintip isinya (terlihat dari bungkus plastiknya yg mengelupas lebih dari 5 buku). Catatan dibuat 22-12-10." (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :21.30.05-via Facebook).
  • “Semoga otakku sesuai standar Sarlito agar segera tertawa ! “ (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :14.50.05).
  • “Siang ini aku mau beli buku utk kado istri yg ber-Hari Ibu, eh ketemu buku Bambang Haryanto Dagelan Rep Kacau Balau, tp baru baca hlm 203, sukses utk Anda ! (Bakhuri Jamaluddin, Tangerang : Rabu, 22/12/2010 :14.22.28).
  • “Buku Komedikus Erektusnya sdh aku terima. Keren, mantabz, smg sukses…Insya Allah, suatu saat kita bisa bersama lg di karya yang lain.” (Harris Cinnamon, Jakarta : 15 Desember 2010 : 20.26.46).
  • “Pak Bambang. Saya sudah baca bukunya: luar biasa sekali !!! Saya tidak bisa bayangkan bagaimana kelanjutannya kalau masuk ke camp humor saya ? “ (Danny Septriadi,kolektor buku humor dan kartun manca negara, Jakarta, 11 Desember 2010, 09.25, via email).
  • “Mas, walau sdh tahu berita dari email, hari ini aq beli & baca buku Komedikus Erektus d Gramedia Solo. Selamat, mas ! Turut bangga, smoga ketularan nulis buku. Thx”. (Basnendar Heriprilosadoso, Solo, 9 Desember 2010 : 15.28.41).
  • Terima Kasih Untuk Atensi Anda

    Powered by Blogger
    and Blogger Templates